early warning system

Indonesia Tsunami Early Warning System

Program Sistem Peringatan Dini Tsunami

Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah suatu sistem yang komprehensif yang meliputi dua komponen utama, yaitu:
  • Upstream, yaitu mekanisme pengumpulan data dari peralatan yang diletakan di lapangan, pengiriman data ke pusat pengolahan data, proses analisa data dan informasi, hingga penyampaian peringatan dini pada pihak yang berwenang dan keseluruh masyarakat. Kegiatan upstream ini sangat sarat teknologi, mulai dari pemantauan gempa bumi, permukaan laut, sistem telekomunikasi, pengiriman dan pengolahan data, dan sistem komunikasi informasi;
  • Downstream, merupakan bagian lain dari Sistem Peringatan Dini Tsunami yang mengatur bagaimana penyampaian peringatan dini ini sampai kepada pihak yang berwenang dan masyarakat, bagaimana keterkaitan antara pusat dan daerah dalam penyampaian peringatan dini serta bagaimana kesiapan semua pihak baik di pusat, di daerah maupun di masyarakat dalam menindaklanjuti peringatan dini ini. Cakupan kegiatan downstream ini mulai dari mitigasi, kesiapan, dan ketanggapan maupun peningkatan kapasitas (institusi, masyarakat, maupun individu) dalam menanggapi peringatan dini tsunami sesuai dengan Prosedur Tetap Sistem Peringatan Dini sampai pada kesiapan masyarakat sendiri dalam menanggapi sistem tersebut. 



Pemantauan Gempa
Sebagai negara kepulauan yang rawan akan gempa, pemantauan atas gempa merupakan suatu kegiatan yang sangat penting di wilayah Indonesia. Memiliki sistem pemantauan gempa yang handal akan dapat membantu memberikan peringatan dini atas bahaya tsunami pada waktu yang cukup bisa bahaya tsunami tersebut benar mengancam akibat gempa bumi tersebut. Sistem pemantauan gempa harus dapat menentukan parameter gempa (titik gempa, kedalaman gempa, dan besarnya gempa) yang terjadi di Indonesia dalam waktu beberapa menit setelah gempa tersebut terjadi.
Menurut perencanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia, tujuan dari peningkatan sistem pemantauan gempa ini adalah selain untuk mendukung peringatan dini tsunami, juga untuk mendukung jejaring jaringan pusat peringatan dini tsunami di Samudera Hindia serta di Pasific, Barat Daya Pasific serta wilayah Laut China Selatan.



Pemantauan Oseanografi
Pemantauan perubahan anomali laut ini digunakan untuk melakukan konfirmasi apakah tsunami benar terjadi setelah terjadinya gempa. Pemantauan sistem permukaan laut ini dilakukan dengan dua instrumentasi utama, yaitu tsunami buoy dan tide gauge. Informasi dari tide gouge dan/atau buoy akan memberikan data yang membenarkan bahwa telah terjadi tsunami, sehingga peringatan dini yang telah dikeluarkan adalah benar. Namun bila informasi dari pemantauan permukaan laut tidak memberikan data akan terjadinya tsunami, maka dapat dikeluarkan pembatalan atas peringatan dini tsunami yang telah dikeluarkan.

Pemodelan Tsunami
Pemodelan dan simulasi tsunami adalah salah satu metoda untuk membantu dalam sistem peringatan dini tsunami. Permodelan dan simulasi yang dilakukan adalah untuk dapat membuat prediksi apakah ada kemungkinan terjadi tsunami, berapa besar (ketinggian) tsunami, serta berapa kecepatan tsunami. Dengan memiliki model ini maka sistem peringatan dini tsunami dapat memperkirakan waktu dan tempat dimana akan terjadi tsunami akibat dari gempa yang terjadi sebelumnya. Pemodelan tsunami ini dilakukan pada setiap wlayah yang diasumsikan memiliki potensi bencana tsunami. Seluruh hasil modeling ini akan disimpan dalam suatu database.
Pada dasarnya tsunami modeling dapat dimanfaatkan untuk dua masalah utama:
  • Monitoring waktu riil mengenai pembentukan tsunami dan perkiraan dampaknya (lokasi dan waktu) pada daerah pesisir.
  • Mendukung rencana evakuasi dan kesiapan masyarakat melalui modeling, perhitungan sejarah kejadian masa lalu serta hipotesa hipotesa akan kemungkinan dampak gelombang tsunami ke daratan.


Sistem Komunikasi
Sistem Komunikasi adalah salah satu bagian yang penting dalam tsunami early warning system, yang mencakup data komunikasi (upstream) dan komunikasi informasi (downstream).
Bagian data komunikasi (upstream) adalah bagaimana sistem komunikasi ini dapat mendukung agar informasi / data dapat secara cepat dan akuran mencapai pusat pusat pengolahan data, misalnya dari peralatan monitoring ke pusat pemrosesan data. Selain itu juga bagaimana antara pusat pusat yang ada dapat saling berkomunikasi dan berbagi informasi secara cepat tampa hambatan.
Bagian komunikasi informasi (dowstream), bagaimana informasi mengenai gempa dan kemungkinan terjadinya tsunami dapat dengan cepat dikomunikasikan ke instansi terkait yang berkepentingan dalam menangani bencana di daerah daerah, serta mengkomunikasikan langsung ke masyarakat yang terancam bahaya tersebut.


Kesiapan Masyarakat
Kesadaran dan kesiapan adalah kunci utama dalam menghadapi dan melindungi masyarakat dari ancaman bencana. Sistem peringatan dini yang canggih tidak akan membantu banyak apabila masyarakat serta komponennya tidak siap untuk bertindak saat peringatan itu tiba. Untuk itu peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan bagi masyarakat harus juga dilaksanakan secara simultan bersamaan dengan pembangunan TEWS. Program kesiapan masyarakat dalam hal ini adalah penyiapan masyarakat dan komponen pihak yang berwenang dalam mitigasi bencana, kesiapan, dan responsnya. Beberapa kegiatan yang tercakup adalah, penyusunan prosedur operasi standar pada semua tingkat, pemerintah daerah hingga pemuka masyarakat; model dan contoh-contoh pelaksanaan pelatihan, simulasi dan prosedur evakuasi, sosialisasi dan penyadaran ke masyarakat melalui materi materi seperti leaflet, brosure, dll.

 

sumber 

 

manajemen IT dalam menanggulangi bencana

Ketika tsunami melanda Mentawai, banyak pihak gerah mengapa peran manajemen teknologi informasi, early warning system yang telah ada tidak berjalan semestinya. Sebenarnya lembaga yang berwenang mengklaim telah menetapakan status bahaya tsunami. Namun selang beberapa waktu kemudian, justru peringatan itu dicabut. Hasilnya, tsunami melululantakkan kepulauan mentawai.
Indonesia tidak hanya sekali saja menghadapi tsunami. Setelah kota Aceh yang disapu ganasnya tsunami. Kita berbenah memperbaiki pengelolaan tanggap darurat bencana. Maka dipasanglah alat early warning system yang tersebar di beberapa titik rawan bencana.
Pada era terkoneksi sekarang ini peran teknologi informasi tidak bisa dinihilkan. Sedangkan manajamen pemerintahan harus melihat ini sebagai peluang dalam rangka menghadapi bencana.
Manajemen Teknologi Informasi
Manajemen teknologi Informasi itu sendiri beragam artinya. Namun kita akan membahas hal ini, tata kelola manajerial yang menggunakan perangkat teknologi informasi dalam prosesnya.
Apa ciri khas manajemen teknologi informasi:
  • Terkoneksi. Semua elemen organisasi akan terkoneksi satu dengan yang lainnya. Batasan yang merintangi akan mudah ditembus karena banyak gadget teknologi yang dimanfaatkan.
  • Serba cepat. Tidak perlu birokrasi yang berlama-lama. Melalui teknologi informasi birokrasi menjadi “kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit?”
  • Terintegrasi. Ya, semua elemen organisasi akan terintegrasi secara lebih mudah. Integrasi di sini dalam bentuk komunikasi, hubungan, dan seterusnya.
Bencana
Sudah jamak diketahui orang banyak bahwa teknologi informasi mampu mendeteksi dini gejala akan adanya bencana. Jepang sebagai negara ring of fire yang rawan sekali dengan bencana telah menerapkan hal ini. Pada hakikatnya bencana itu sendiri sulit diprediksi dan datang tiba-tiba. Namun, teknologi informasi bisa meminimalisir potensi bencana yang ada.
Bagaimana peran manajemen teknologi informasi berkaitan bencana?
  • Deteksi dini. Ya, tepatnya early warning system. Manusia tidak bisa mengelak dari bencana. Tapi ketika mengetahui akan adanya bencana, setidaknya manusia bisa menyelamatkan diri.
  • Pemetaan. Gejala alam bisa juga diketahui dari tren yang berlangsung. Pola yang terjadi dalam rentang sekian tahun. Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal tersebut.
  • Koordinasi. Ketika bencana telah terjadi peran teknologi informasi sangat vital dalam hal koordinasi.
Manfaat
Peran manajemen teknologi informasi yang paling penting tentunya ialah sistem komunikasi pusat yang 1 x 24 jam. Manusia bisa lalai. Akan tetapi, ketika peran itu dijalankan teknologi informasi, semua potensi kesalahan itu bisa diminimalisir bahkan dihilangkan. Tinggal tergantung user yang menjalankannya.
Sekali lagi manajemen teknologi informasi ini mendesak dilakukan karena pentingnya penanganan bencana yang sangat cepat.



sumber